
Bertempat di Candi Prambanan Yogyakarta pada Sabtu (18/11) Asosiasi Ecoprinter Indonesia (AEPI) merayakan ulang tahun yang ketiga. Pada kesempatan ini AEPI menjadi bagian dari pengisi acara The12th Jogja International Heritage Walk 2023 ( JIHW ),yang digawangi oleh Sekjen JIHW Fitriani Kuroda yang juga beliau adalah Pembina AEPI.
Kegiatan kali ini bertajuk Ecolifestyle dengan mendatangkan Tim Arae yang diwakili oleh Masrur sebagai mentor ngecobar tanpa plastik. Yaitu membuat kain ecoprint menggunakan daun pisang sebagai barrier, jadi nol plastik.
Acara ngecobareng tanpa plastik dimulai pada pukul 08.30 dipandu langsung oleh Masrur dari Arae dibantu beberapa Ketua Kelompok. Kegiatan diikuti oleh 54 peserta anggota AEPI yang terbagi menjadi 8 kelompok yang berasal dari AEPI Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Hadir juga pada kegiatan ini Ketua AEPI Pusat Puthut Ardianto, Wakil Ketua Bustanul Arifin, Sekretaris Hesti Sorengpati dan juga pengurus AEPI DIY sebagai tuan rumah, yaitu Ketua AEPI DIY Erna Herawati didampingi Sekretaris Ira Fatma dan Bendahara Tjahja Evi Panjta Sakti.
Fitriani Kuroda selaku Sekjen JIHW menjelaskan bahwa, pada gelaran ke 12 JIHW tahun ini diikuti oleh 5000 peserta lokal dan 150 peserta asing dari 15 negara, yang nantinya akan menyampaikan kepada negara masing masing tentang kampanye slow life slow work yang mereka saksikan di event JIHW.
“Kampanye slow life slow work ini sudah digaungkan di Jepang sejak lebih dari 50 tahun yang lalu,berawal dari ibu ibu dipedesaan di Jepang yang mempunyai hobby membuat seni kerajinan mereka berkumpul bersama untuk mengkampanyekan hidup yang tidak tergesa-gesa tapi bisa menghasilkan karya dan pekerjaan yang detail, meskipun mereka hidup bertani, mereka tetap memiliki kesempatan untuk berkreasi melalui seni shibori, sashiko , mewarna Alam dan karya karya yang lain”. Jelas Fitriani Kuroda
“Dan kegiatan kita hari ini, juga mengkampanyekan tentang ecoprint yang bebas plastik jadi betul betul ecofriendly”, sesuai dengan tag line JIHW “Save the Nature, Respect the Culture” Imbuh Fitriani
Dengan kehadiran 150 peserta dari 15 negara ini saya mengusulkan kepada Ketua AEPI, agar tahun depan atau tahun 2025,AEPI bisa berkolaborasi kembali dengan JIHW membuat event akbar “ The 1st WORLD ECOPRINT SUMMIT”yang dipusatkan di candi Prambanan.
Puthut Ardianto Ketua AEPI Pusat yang hadir dan membuka acara ulang tahun AEPI yang ketiga juga mengatakan, “Dengan adanya AEPI yang walaupun baru berumur tiga tahun kita bisa membantu dengan gerakan secara massif yang memberikan dampak kepada dunia, yaitu dengan kampanye slow fashion movement”.
Puthut juga menambahkan,”Dengan AEPI kita juga membantu program pemerintah dalam mensukseskan Tujuan Pembangunan Yang Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDG’s) pada goal yang 12 tentang Ecoliving, yaitu kita memproduksi dan menkonsumsi dari alam, jadi dalam membuat karya ecoprint kita harus benar benar menggunakan bahan bahan kain dari serat alam dan pewarna alami”.
Berkenan hadir dan memotong tumpeng Wakil Ketua Dekranasda DIY Tazbir Abdullah sekaligus memberikan sambutan. Dalam sambutannya Tazbir menyampaikan ucapan selamat ulang tahun kepada AEPI dan semua ecoprinter yang hadir serta merasa bangga dengan AEPI yang memiliki komitmen untuk mengembangkan fashion yang ramah lingkungan.
Sembari menunggu membuka bundle ecoprint yang direbus selama kurang lebih satu setengah jam, waktu diisi dengan talk show yang dipandu oleh Puthut dan Masrur. Menurut Puthut bahwa penggunaan plastik pada proses ecoprint saat ini masih menjadi kontradiksi. Begitu juga dengan penggunaan pewarna yang berasal dari kayu kayuan, seperti kayu tegeran, tingi dan lain lain. Karena kita tidak tahu apakah kayu yang ditebang memang sudah tua atau pohon yang terpaksa ditebang demi memenuhi permintaan pasar. Senada dengan Puthut Masrur juga mengatakan bahwa kita harus mulai mengurangi penggunaan pewarna alam dari kayu dengan membuat pewarna yang kita buat sendiri berupa tannin yang berasal dari dedaunan yang ada di sekitar kita, seperti daun ketapang, daun mangga dan lainnya sehingga cost produksi bisa ditekan.
Usai talk show, para peserta asing diundang untuk ikut menyaksikan satu persatu bundel ecoprint mulai dibuka. Dan hasilnya sungguh luar biasa, walaupun tanpa kain blanket dan plastik, tetap cantik dan unik. Pesertapun merasa puas dan senang mendapatkan ilmu baru ecoprint tanpa plastik sehingga harapan ke depannya kita bisa meminimalisir limbah plastik seperti yang diungkapkan oleh Erna Herawati Ketua AEPI DIY.
Acara peringatan ulang tahun AEPI dan ngecobar ecolifstyle ditutup dengan linedance yang diikuti semua peserta dengan iringan musik Kolintang. Sesi foto bersama pengurus, mentor dan para peserta menjadi bagian yang paling ditunggu untuk mengabadikan moment berharga ini.
(/Tar)
