AEPI – Meskipun proses pembuatan ecoprint termasuk ramah lingkungan, namun Ketua Umum Asosiasi Eco-Printer Indonesia (AEPI), Puthut Ardianto mengimbau para ecoprinter terus menjaga keseimbangan alam. Antara lain dengan mengendalikan pemakaian bahan logam untuk produksinya dan menanam pohon sebagai sumberdaya utama ecoprint.
Puthut mengatakan ecoprint sesuai dengan program pembangunan berkelanjutan. Pemakaian kain dari serat alami dan pewarnanya pun pewarna alami, sehingga tidak mencemari tanah.
“Kita harus bertanggungjawab dalam konsumsi dan produksi . Para ecoprinter harus bertanggungjawab dalam pemakaian bahan berunsur logam. Jangan mengelabui konsumen, meskipun hanya pakai setetes pewarna sintetis. Untuk mendapatkan warna yang “ngejreng” tentu perlu riset dan trial-error,” kata Puthut pada acara Halal Bi Halal AEPI Jatim di area Kebun Teh Wonosari, Lawang, Malang, Sabtu (20/5/2023).
Selain itu, Puthut mengajak para ecoprinter untuk terus meningkatkan semangat menanam. Dia mengaku sangat terkesan melihat berbagai tanaman di sepanjang jalan menuju Kebun Teh Wonosari, ada chinadol, mintoar dan tanaman ecoprintable lainnya. “Kalau bisa menanam setiap bulan atau 2 kali setahun menanam. Minimal menanam untuk kebutuhan ecoprinter sendiri,” ujarnya.
Ecoprinter Indonesia sangat beruntung, memiliki sumberdaya tanaman yang melimpah. Dan ecoprinter pun terus bertambah, dan anggota AEPI Jawa Timur termasuk terbanyak. Bahkan perkembangan ecoprinter di Indonesia menyalip jauh dari Australia sebagai asal ecoprint. “Beberapa waktu lalu saya diundang untuk mengajari ecoprint di Melbourne (Australia). Disana banyak yang menanam eucalyptus. Di sana juga banyak tumbuh maple”, ujarnya.
Acara yang dikemas dengan kegiatan Ngecobar Lime Mordant di area kebun teh ini menjadi ajang silaturahmi sekaligus belajar teknik mordan baru. Para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan dari pukul 09.00 hingga 15.30 WIB, seru dan penuh kemeriahan. “Hanya di Indonesia ada ngecobar dan masih ada gotong royong. Maka mari kita lakukan bersama untuk melestarikan alam untuk berkarya. Percuma kalau hanya satu atau dua orang saja yang peduli. Jika kita bersama-sama melakukan pasti bisa,” katanya.
Sementara, Ketua AEPI Jawa Timur, Riamah M Douliat sangat mengapresiasi Sri Isnawati (Sekretaris) dan Linda (Bendahara) AEPI Wil. Jatim. “Khususnya kepada Mbak Isna, Korlap yang paling sibuk di acara Halal Bihalal hari ini bersama tim Panitia Inti, Ibu Juni Ratnasari, Ibu Tintin Kurniati, Ibu Sandra MD, Ibu Istiqomah, Ibu Annie dan Ibu Meilia,” mengawali sambutannya.
Halal Bihalal yang dikemas dengan ngecobareng ini, selain mempererat tali silaturahmi, juga bertujuan mengenalkan ecoprint sebagai karya ramah lingkungan, kepada
masyarakat luas.
Pada kegiatan yang dihadiri sekitar 80 peserta itu, juga mempraktikkan mordan baru sebagai upaya
meningkatkan teknik dan kemampuan ecoprinter dalam
membuat karya ecoprint yang lebih berkualitas. Dan
mengajak ecoprinter untuk eksplore dan menggunakan
daun yang ada disekitar wilayah ecoprinter. “Kali ini peserta ngeco bareng dengan daun teh di atas syal tenun ATBM serat miring. Kita mengajak dan menyuarakan untuk selalu bijak dalam
memetik dan menggunakan bahan alam dalam proses
ecoprint,” kata Riamah.
Para ecoprinter juga sekaligus berwisata menikmati indahnya
alam di Agrowisata Wonosari, Kabupaten Malang,” ujarnya.
(dew)