AEPI DIY Gelar Nonton Bareng Film Outfit Of The Designer (OOTD)

Bertempat di Studio 4 XXI Ambarukmo Plaza Yogyakarta Senin (29/1) Asosiasi Ecoprinter Indonesia (AEPI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menggelar Nonton Bareng (Nobar) Film “Outfit Of The Designer (OOTD), garapan sutradara Dimas Anggara.
Acara nobar dihadiri oleh Pembina AEPI Fitriani Kuroda, Ketua AEPI Pusat Puthut Ardianto, Ketua AEPI DIY Erna Herawati dan bendahara Tjahja Evi Pantja Sakti dan 25 orang anggota AEPI DIY serta 5 orang dari Komunitas ecoprint Magelang, yang mereka juga adalah anggota AEPI.

Menurut Erna Herawati, nobar ini digelar karena film OOTD salah satunya mengangkat karya ecoprint dengan pewarna alamnya serta mengusung konsep sustainability.
“Harapannya bahwa dengan film OOTD ini ecoprint bisa diakui menjadi karya yang diperhitungkan di kancah dunia.” Kata Erna

Senada dengan Erna Herawati, Puthut Ardianto juga menyampaikan keterangannya melalui pesan singkat tentang harapannya bagi para ecoprinter khususnya anggota AEPI, nobar ini bisa memberi semangat baru bagi para pecinta wastra nusantara. Film yang sangat memperhatikan tata busana seluruh pemainnya secara detil dengan mengangkat khasanah lokal nusantara ini layak disaksikan para ecoprinter Indonesia.
” Kebanggaan yang besar terasa saat melihat para pemain mengenakan busana nuansa ecoprint dan kain pewarnaan alami seperti shibori dan batik serta tenun Indonesia. Dengan adanya film OOTD ini, saya berharap para generasi muda Indonesia bangga akan warisan budaya wastra nusantara yang istimewa.” terang Puthut

Seperti diceritakan oleh Fitriani Kuroda melalui voice note ,film ini sendiri mulai dibuat sejak bulan November 2021 saat produser OOTD Delly Malik mengunjungi Workshop Rumah Celup Indonesia (RCI) di Joglo Kalangan Sleman Yogyakarta, Rumah produksi RCI seni mengolah kain dengan kombinasi teknik ecoprint dengan batik, shibori dan tie dye menggunakan bahan serat selulosa alam yaitu serat serbika atau serat biji kapas.

Inti dari kunjungan tersebut adalah bahwa Delly Malik sangat tertarik dengan produk fashion yang ramah lingkungan. Dijelaskan oleh Fitriani Kuroda owner dari Rumah Celup Indonesia tentang proses produksi ecoprint dan menunjukkan lembaran-lembaran kain ecoprint yang didisplay di galeri, di mana di sana juga ada ecoprint yang dikombinasi dengan tie dye, batik dan shibori. RCI ditantang bagaimana pewarna alam seperti tegeran, indigo dan lainnya untuk bisa dikolaborasi dengan lumpur, di mana ide lumpur dalam film ini menjadi cerita.
Fitriani mengangkat lumpur sebagai “Utilization of unuse resource” atau dalam terjemahan bebasnya adalah pemanfaatan sumberdaya yang tidak terpakai diolah menjadi valuable atau memiliki nilai tambah.
Produser dan tim melihat proses bagaimana pembuatan lumpur di RCI dan mengundang Fitriani ke Jakarta untuk bertemu dengan tim Delly Malik dan berhasil menyelesaikan 12 lembar kain ecoprint dengan proses pewarnaan lumpur dan mengangkat tradisi dengan mengkombinasikan dengan batik (ecoprint on batik), sehingga tradisi batik bisa menyatu dengan ecoprint, bukan menjauh, jadi tradisi inilah yang kita angkat. Bahkan mereka terkagum dengan hasilnya , benar-benar bagus di luar ekspektasi, yang mana semua pewarna alam bisa menyatu dengan lumpur.

Produk yang diangkat dalam film ini adalah ecoprint,dengan pewarna alami yang sangat otentik, Pengrajin bisa memiliki taste dalam penataan daun serta mengambil komposisi disain daun-daun dan pewarna alam Indonesia. Sehingga ecoprint ini selain ramah lingkungan juga produk yang sesuai dengan konsep film OOTD yang mengangkat branding position para artisan untuk berkolaborasi dengan designer dan produk ecoprint akan terus mengedepankan pewarna alami Indonesia di mata dunia.

“ Saya sangat berharap film ini akan menjadi trendsetter sustainable fashion Indonesia di mata dunia.Sustainable fashion ini merupakan home industry dan ini adalah handmade yang dibuat oleh ibu-ibu dan banyak pengrajin di Indoneisa , maka kita harus bangga bahwa bahwa film ini secara tidak langsung memegang peranan dalam menyuarakan bagaimana kita tetap menjaga bumi kita dalam mengurangi dampak pemanasan global.” jelas Fitriani

Akhirnya pada awal 2024 ini kita pecinta wastra alam sangat bersemangat dan merasa bangga menyambut film OOTD setelah dua tahun, produser dan tim bisa menyelesaikan film tersebut yang castingnya diambil di Birmingham United Kingdom. Desember 2023 Fitriani mendapat pemberitahuan bahwa film OOTD akan dilaunching.dan diundang di acara Gala Premiere dan menerima penghargaan sebagai salah satu inspirator dalam film itu. Inspirator lain yang mendapat penghargaan adalah Arae yang mereka berdua sangat konsen dan membina dan menginspirasi banyak ecoprinter.

“Itulah sebabnya saya selalu mengajak para ecoprinter untuk selalu beda, selalu mengeksplorasi dan ecoprint jangan bersifat pasaran. Mari kita combine ecoprint ini, tidak hanya dengan batik saja, tapi dengan shibori, songket Palembang, lurik pewarna alam, ulos dan lain sebagainya.” lanjut Fitriani
“Mari kita kawinkan ecoprint dengan tradisi sehingga nanti akan banyak diterima Masyarakat. Itulah strategi saya untuk menyandingkan ecoprint dengan tradisi sehingga pemerintah akan bisa membantu ecoprint seperti batik yang sudah diakui Unesco sebagai salah satu heritage Indonesia .” imbuh Fitriani

Di Kancah dunia, ecoprint Indonesia termasuk yang bagus, komunitasnya paling besar, maka jangan asal-asalan harus betul-betul kuat mordannya, sehingga jika disandingkan dengan batik, sama-sama tidak luruh warnanya, tidak lekang bertahun-tahun, warnanya bisa tahan lama seperti batik.

Sementara di tempat dan waktu yang berbeda AEPI DKI dan AEPI Jabar juga menggelar nobar pada Minggu (28/1) di Blok M Square XXI. Acara tersebut dihadiri oleh Inen Kurnia, Hesti Sorengpati Sekretaris AEPI Pusat, Dewi Damayanti Ketua AEPI DKI Jakarta, Rina Oshibana Sekretaris AEPI Jawa Barat, satu orang anggota AEPI Jabar dan lima orang anggota AEPI DKI Jakarta.

(/Tar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *